METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA ARAB
Karya Tulis Ilmiah - Makalah by admin on 21 Oktober 2020
Di susun Oleh :
Riska Nur Hasanah [32.09.029]
Teti Irawati [32.09.030]
Lailatun Nazifah [32.10.001]
1.
MAKNA DAN URGENSI PENGAJARAN TATA BAHASA
Kata bahasa merupakan urutan ketiga dari
komponen-komponen bahasa yang sudah seyogyanya untuk dikuasai dalam
pembelajaran maupun pengajaran bahasa arab itu sendiri. Di kalangan pembelajar
bahasa arab Tata bahasa lebih dikenal dengan istilah struktur tata
bahasa, struktur gramatikal,atau kaidah bahasa.
Pada umumnya kata-kata dalam bahasa arab
berasal dari satu akatr kata yang terdiri dari tiga huruf. Dan pembentukan
kata-kata dapat dilakukan dengan cara menambahan prefik [ sawabiq ], infiks [
dawakhil ], dan sufik [ lawagiq ] yang disesuaikan dengan pola-pola tertentu.
a.
Defenisi Tata Bahasa
Tata bahasa merupakan seperangkat aturan yang digunakan
oleh manusia dalam berbicara atau menulis dan bahasa merupakan suatu deskripsi
tertulis dari aturan-aturan suatu bahasa.
Tata bahasa adalah
suatu system aturan yang mempengaruhi susunan dan hubungan konvensional
kata-kata dalam suatu kalimat.
Dari pengertian tata bahasa tersebut dapat disimpulkan
bahwa tata bahasa terdiri dari dua bagian:
1. Kata-kata,
dan ilmu yang mengatur tata kata disebut dengan istilah ilmu sharf (morphology) ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata, termasuk di dalamnya
imbuhan].
2. Tata
kalimat (ilmu nahwu/syntax) yaitu ilmu yang membahas tentang keadaan kata
dalam pembentukannya menjadi kalimat dan kedudukannya dalam kalimat seperti
fa’il, ma’ul, mubtada, dan seterusnya.
b. Makna Kalimat
Berdasarkan pendapat thu’aimah, makna suatu kalimat
tergantung pada susunan struktur dan kosakatanya. Maka sebuah kalimat mempunyai
dua makna, yaitu makna structural dan makna leksikal
Makna structural
Makna structural terdiri dari empat unsur:
1. Urutan kata-kata
Dalam suatu kalimat mengisyaratkan kepada makna tertentu,
misalnya jika kata fi’il beriringan dengan kata ism maka mengisyaratkan bahwa ism tersebut merupakan subjek
dari fi’il tersebut. Dan jika baris I’rab tidak tampak, maka sebenarnya
kedudukan kaa-kata dalam satu kalimat mempunyai makna. Contoh:
كلم مسطفى عيسى
2. Kata-kata
fungsional
Pada poin ini kata-kata terbagi menjadi dua:
§
Muhtawa, seperti ism,
fi’il, zharaf, dan dhamir.
§
Wazhifiyyah (kata-kata
yang tidak hanya mempunyai makna, tapi juga mempunyai fungsi lain) seperti harf
jar, harf syarth, dan kata-kata yang sejenisnya. Contoh: harf jar mempunyai
makna dan dia juga mempunyai fungsi lain sebagai penunjuk bahwa katakata yang
terletak setelahnya pasti berupa ism.
3. Intonasi
Intonasi juga mempengaruhi makna dari sebuah susunan kata.
4. Bentuk kata
Bentuk suatu kata dapat membantu pembentukan makna. Contoh:
kata yang diakhiri dengan huruf ا dan ت menunjukkan jam’u almuannats
assalim.
c. Aliran-Aliran Dintaksis
Teori-teori di bawah ini mempunyai hubungan dan
pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran pola-pola kalimat bahasa arab.
1. Teori Taqlidi
(klasik)
Teori ini berpendapat bahwa kata-kata terbagi tiga jenis:
ism, fi’il, dan harf. Dan kata-kata tersebut mempunyai bentuk dan fungsinya
masing-masing. Adapun implikasinya dalam pengajaran tata bahasa, teori ini
menjelaskan susunan dan hukum-hukum. Misalnya, jenis-jenis fi’il, ism, dan
harf, serta fungsi-fungsinya dalam nahwu dapat memberikan manfaat kepada guru.
Yaitu guru lbi mudah untuk memilih materi mana yang lebih didahulukan dan mana
yang bisa ditangguhkan.
2. Teori Mukawwinat
Mubasyarah
Teori ini berpendapat bahwa kalimat tersusun dari dua
bagian. contoh: هذا السمك لذيذ
طعمه .
Kalimat tersebut bisa kita bagi menjadi dua bagian, yaitu هذا السمك +لذيذ طعمه.
Dan seterusnya. Adapun implikasinya dalam pengajaran tata bahasa bisa diambil
manfaatnya melalui analisis kalimat dan substitusi bagian-bagiannya.
3. Teori Qawalib
(Pola-pola Tagmemik)
Menurut teori ini, penyusunan suatu kata bisa dilakukan
melalui dua cara, yaitu morfologis dan sintaksis. Contoh: .....ها هو ال... suatu kata
disebut ism jika dia terletak pada kolom diatas. Adapun implikasinya dalam
pengajaran tata bahasa, teori ini menawarkan sajian yang istimewa berupa
latihan pola-pola. Kita bisa mengulang-ulang suatu pola dengan mengganti ism
setiap kali diulang. Contoh: هذه مرأة ماهرة. Kalimat ini bisa kita ulang dengan mengganti kata مرأة dengan
kata lain yang sejenisnya.
4. Teori Tahwiliyyah
(Transformatif)
Teori ini mengemukakan bahwa setiap kalimat mempunyai
susunan yang bersifat eksplisit dan susunan yang bersifat implisit. Seperti
perubahan kalimat positif menjadi kalimat negatif atau interogatif.
d. Perbedaan Kalimat dan Pola Kalimat
Perbedaan antara dua istilah tersebut adalah:
1. Kalimat
merupakan kalimat hakiki, sedangkan pola merupakan bentuk yang terkandung di
balik kalimat.
2. Dalam
setiap bahasa, kalimat bersifat tak terbatas, sedangkan pola bersifat
terbatas dan telah diketahui secara umum.
3. Setiap
kalimat mempunyai satu pola yang cocok, sedangkan dalam sebuah pola
bisa terdapat kalimat yang tak terbatas.
II. PROSEDUR DAN TEKNIK PENGAJARAN TATA BAHASA
Dalam pengajaran tata bahasa, ada tiga kecendrungan umum
yang sering digunakan oleh pengajar. Kecenderungan pertama adalah
mengajarkan tata bahasa dengan cara memberikan penjelasan tentang aturan tata
bahasa tanpa mengikutsertakan metode komunikatif.
Kecenderungan kedua adalah mengajarkan tata bahasa dengan cara
memberikan kesempatan ada siswa untuk mempraktikkan pola-pola bahasa sasaran,
sehingga siswa hanya memahami aturan kebahasaan melalui proses analogi bukan
berdasarkan penjelasan. Kecenderungan ketigaadalah mengajarkan tata bahasa
dengan memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan bahasa yang dia pelajari
dengan berbagai situasi. Dan pengajaran yang baik adalah pengajaran yang
memilah dan mempertimbangkan tiga kecenderungan tersebut.
1. Pokok Pembahasan
Tata Kata Bahasa Arab
Bedasarkan bentuk dan maknanya, kalimat terbagi menjadi
tujuh bagian: ism, fi’il, ism fa’il, ism maf’ul, mashdar, bentuk idhafah, sifat
musyabbahah dan bentuk superlative (ism tafdhil).
2. Pokok Pembahasan
Tata Kalimat Bahasa Arab
Permasalahan pokok dalam pengajaran nahwu adalah
keterampilan meletakkan bentuk kata dalam kalimat. Contoh: dalam jumlah
ismiyyah, jabatan kata dalam kalimat tersebut meliputi mubtada’ dan khabar atau
subjek predikat. Pemetaan persoalan tata kalimat data juga didasarkan pada
perubahan harakat, khususnya harakat ism seperti almarfu’at, almanshubat, dan
almajrurat.
3. Pokok Pembahasan
Tarkib
Tarkib sederhana meliputi :
1. Tarkib idhofy [ dalam bahasa Indonesia setara dalam bentuk
sususnan kata majemuk ]. Pengenalan dilakukan pada ciri-ciri tarkib idhafi
sebelum siswa mengetahui definisi dari idhofi tersebut.
2. Tarkib washfy [shifah mausufh / na’at wa man’ut ]
Pengenalan tarkib ini dapat dilakukan dengan cara membandingkn
dengan tarkib idhafy. Yaitu dengan memberikan contoh-contoh dan penjelasan
mengenai cirri-ciri dari keduanya.
3. Tarkib isnady, merupakan kalimat sempurna yang meliputi jumlah
ismiyah dan jumlah fi’liyah.
4. Pengajaran Makna
Kalimat
Hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam membantu
para siswa untuk memahami makna structural suatu kalimat adalah :
1. Penjelasan mengenai pengaruh letak suatu kata dalam sebuah kalimat
terhadap makna yang dikandungnya dan hubungan antarkata dalam suatu kalimat
seperti fi’il dan fa’il, mubtda dan khabar.
2. Penjelasan tentang peran yang dimainkan oleh kata-kata fungsional
dalam suatu makna misalnya harf jar menunjukkan bahwa kata-kata sesudahnya
adalah ism.
3. Penjelasan tentang pengaruh intonasi kalimat terhadap makna yang
dikandungnya.
4. Memperhatikan makna structural yang berkaitan dengan bentuk kata,
misalnya kata yang beakhiran ون menunjukan jam’u mudzakkar salim.
5. Teknik Pengajaran
Tata Bahasa
1. Penyajian atau penyimpulan kaidah bahasa { kaidah shorfiyah dan
nahwiyah }
2. Pemberian contoh-contoh yang mengandung kaidah bahasa yang
diajarkan
3. Penginternalisasian kaidah dalam diri siswa melalui pemberian
serangkaian latihan, dan latihan seperti latihan / drill mekanis, latihan
bermakna dan latihan komunikatif.
III. PENERAPAN LESSON STUDY DALAM PENGAJARAN
NAHWU
Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun
learning community. Lesson Study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu
strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan Lesson Study dapat memilih dan
menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi,
kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study dapat merupakan
suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang
mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi
(action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap
perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran. Dalam pengimplementasiannya dalam
pengajaran Nahwu di Perguruan Tinggi Umum menggunakan metode yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Melalui aktivitas-aktivitas yang berkembang dalam Lesson
Study yang meliputi plan, do, and see, setiap anggota komunitas dapat
saling memberi dan menerima sehingga masing-masing pihak memperoleh keuntungan
yang menunjang peningkatan pengetahuan yang antara lain meliputi materi ajar,
alat bantu belajar dalam bentuk hands on, serta strategi pembelajaran.
PENUTUP
Demikianlah
makalah METODE KHUSUS PENGAJARAN BAHASA ARAB ini kami buat, semoga
bermanfaat dan berguna bagi kita semua dalam mempelajari serta untuk menambah
pengetahuan. Apabila ada kekurangan maupun kesalahan dalam penyampaian makalah
ini, kami selaku penulis mohon kritik dan saran yang membangun agar tidak
terulang lagi kesalahan di kemudian hari dan juga kami selaku penulis minta
dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan dan kesalahan dalam
penyampaiannya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kesalahan
hanyalah milik manusia itu sendiri.
Selamat Mencoba
Selamat Mencoba