KARENA NIAT, PAHALA BERLIPAT GANDA
Pendidikan Islam - Aqidah Akhlak by admin on 27 September 2014
Kita butuh strategi dalam beramal agar dengan amal yang terbatas kita bisa meraih pahala yang lebih banyak. Menjadi perhatian kita bahwa umur kita
sangat terbatas…, harus kita akui bahwa waktu yang kita gunakan untuk beramal
sholeh sangat sedikit…berbeda dengan waktu yang kita gunakan untuk urusan
dunia.
Diantara strategi
yang mungkin bisa kita lakukan adalah memperbanyak niat yang baik dalam satu
amalan. Semakin banyak niat baik yang diniatkan oleh seorang hamba maka semakin
banyak pahala yang akan ia peroleh.
Beberapa perkara
yang penting untuk diingat kembali :
Pertama :
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إنّمَا الأَعْمَالُ
بالنِّيّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِىءٍ مَا نَوَى
"Hanyalah
amalan-amalan tergantung pada niat-niat. Dan bagi setiap orang apa yang dia
niatkan" (HR Al-Bukhari no 1 dan Muslim no 1907)
Dan keumuman hadits
ini menunjukkan seseorang mendapatkan ganjaran berdasarkan niatnya, maka jika
ia berniat banyak ia akan mendapatkan banyak pahala.
Kedua :
Sekedar niat yang
kuat maka telah mendatangkan pahala
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
فَمَنْ هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَها اللهُ تَبَارَكَ
وتَعَالى عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً، وَإنْ هَمَّ بهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ
عَشْرَ حَسَناتٍ إِلى سَبْعمئةِ ضِعْفٍ إِلى أَضعَافٍ كَثيرةٍ
“Barangsiapa berniat
untuk melakukan kebaikan lalu tidak jadi melakukannya maka Allah tabaaraka wa
ta’ala mencatat disisi-Nya satu kebaikan sempurna, dan jika ia berniat untuk
melakukannya lalu melakukannya maka Allah mencatatnya sepuluh kebaikan
sampai tujuh puluh kali lipat sampai berlipat-lipat yang banyak.” (HR
Al-Bukhari no 6491 dan Muslim no 128)
Tatkala Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pulang dari perang Tabuk dan telah dekat dengan
Madinah beliau berkata:
إِنَّ بالمدِينَةِ لَرِجَالًا ما سِرْتُمْ مَسِيرًا، وَلاَ
قَطَعْتُمْ وَادِيًا، إلاَّ كَانُوا مَعَكمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ». وَفي روَايَة:
«إلاَّ شَرَكُوكُمْ في الأجْرِ
“Sesungguhnya di
Madinah ada para laki-laki yang mana tidaklah kalian menempuh perjalanan tidak
pula melewati lembah melainkan mereka bersama kalian, sakit telah menghalangi
mereka.” Diriwayat yang lain “…melainkan mereka berserikat dengan kalian dalam
pahala” (HR Al-Bukhari no 4423 dan Muslim no 1911)
Rasulullah juga
bersabda :
«مَنْ سَألَ اللهَ تَعَالَى الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللهُ
مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ، وَإنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ»
“Barangsiapa meminta
kepada Allah mati syahid dengan (penuh -pent) kejujuran maka Allah akan
menyampaikannya pada kedudukan syuhada walaupun ia mati di atas tempat tidurnya
” (HR Muslim no 1909)
Rasulullah juga
bersabda:
إنَّمَا الدُّنْيَا لأرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا
وَعِلمًا، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ
للهِ فِيهِ حَقًّا، فَهذا بأفضَلِ المَنَازِلِ. وَعَبْدٍ رَزَقهُ اللهُ عِلْمًا،
وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ، يَقُولُ: لَوْ أنَّ لِي
مَالًا لَعَمِلتُ بِعَمَلِ فُلانٍ، فَهُوَ بنيَّتِهِ، فأجْرُهُمَا سَوَاءٌ.
وَعَبْدٍ رَزَقَهُ الله مَالًا، وَلَمَ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخبطُ في
مَالِهِ بغَيرِ عِلْمٍ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ،
وَلاَ يَعْلَمُ للهِ فِيهِ حَقًّا، فَهذَا بأَخْبَثِ المَنَازِلِ. وَعَبْدٍ لَمْ
يَرْزُقْهُ اللهُ مَالًا وَلاَ عِلْمًا، فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أنَّ لِي مَالًا
لَعَمِلْتُ فِيهِ بعَمَلِ فُلاَنٍ، فَهُوَ بنِيَّتِهِ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
Sesungguhnya dunia
ini untuk empat orang: seorang hamba yang telah Allah anugerahi harta dan ilmu
maka iapun mentaati Rabbnya pada (*penggunaan) harta dan ilmunya, menyambung
silaturahim, dan mengetahui pada ilmu dan hartanya tersebut ada hak Allah, maka
orang ini berada pada kedudukan yang paling utama. Dan seorang hamba yang Allah
anugerahi ilmu akan tetapi tidak Allah anugerahi harta maka iapun mempunyai
niat yang benar, ia berkata “Seandainya aku memiliki harta sungguh aku akan
beramal sebagaimana amalan fulan", maka ia dengan niatnya pahala keduanya
sama. Dan seorang hamba yang Allah anugerahi harta akan tetapi tidak Allah
anugerahi ilmu maka iapun ngawur menggunakan hartanya tanpa ilmu. Ia tidak
mentaati Rabbnya pada hartanya, tidak pula menyambung silaturahim, tidak
mengetahui bahwasanya pada hartanya itu ada hak Allah. Maka orang ini berada
pada tingakatan paling buruk. Dan seorang hamba yang tidak Allah anugerahi
harta maupun ilmu maka iapun berkata, “Seandainya aku memiliki harta tentu aku
akan menggunakan hartaku sebagaimana perbuatan si fulan” maka ia dengan niatnya
dosa keduanya sama” (HR At-Thirmidzi no 2325)
Ketiga :
Jika seorang telah
berniat lalu berusaha beramal dan ternyata amalannya tidak sesuai dengan yang
ia niatkan maka ia tetap mendapatkan pahala
وعن أبي يَزيدَ مَعْنِ بنِ يَزيدَ بنِ الأخنسِ - رضي الله عنهم - وهو
وأبوه وَجَدُّه صحابيُّون، قَالَ: كَانَ أبي يَزيدُ أخْرَجَ دَنَانِيرَ
يَتَصَدَّقُ بِهَا، فَوَضعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ في الْمَسْجِدِ، فَجِئْتُ فأَخذْتُها
فَأَتَيْتُهُ بِهَا. فقالَ: واللهِ، مَا إيَّاكَ أرَدْتُ، فَخَاصَمْتُهُ إِلى
رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فقَالَ: «لكَ مَا نَوَيْتَ يَا يزيدُ، ولَكَ
ما أخَذْتَ يَا مَعْنُ»
Dari Abu Yazid Ma’an
bin Yazid bin Akhnas radhiyallahu ‘anhum –dia, bapaknya dan kakeknya
adalah sahabat Nabi-, dia berkata, “Dulu Abu Yazid mengeluarkan dinar-dinar
untuk disedekahkan, maka iapun meletakkannya di samping seseorang di
masjid, maka akupun datang dan mengambilnya. Kemudian aku mendatanginya dengan
membawa sedekah tersebut”, ia berkata, “Demi Allah, yang aku inginkan bukan
engkau.” Maka aku pun mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda, “Bagimu apa yang kamu niatkan wahai Yazid dan bagimu
apa yang kamu ambil wahai Ma’an ” (HR Al-Bukhari no 1422)
Sang ayah tidak
bermaksud sedekahnya diberikan kepada sang anak, akan tetapi Allah menetapkan
bagai sang ayah pahala karena niatnya yang baik, meskipun akhirnya harta
sedekah tersebut kembali kepada sang ayah. Karena sang anak di bawah tanggungan
sang ayah
Rasulullah juga
bersabda :
قاَلَ رَجُلٌ لَأَتَصَدَّقَنَّ اللَّيْلَةَ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ
بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ زَانِيَةٍ فَأَصْبَحُوْا يَتَحَدَّثُوْنَ
تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى
زَانِيَةٍ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي
يَدِ غَنِيٍّ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُوْنَ تُصُدِّقَ عَلَى غَنِي قَالَ
اللَّهُمَّ لك الْحَمْدُ عَلَى غَنِيٍّ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ
بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُوْنَ
تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زَانِيَةٍ
وَعَلَى غَنِيٍّ وَعَلَى سَارِقٍ فَأُتِيَ فَقِيْلَ لَهُ : أَمَّا صَدَقَتُكَ
فَقَدْ قُبِلَتْ أَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا تَسْتَعِفُّ بِهَا عَنْ
زِنَاهَا وَلَعَلَّ الْغَنِيُّ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللهُ
وَلَعَلَّ السَّارِقَ يَسْتَعِفُّ بِهَا عَنْ سَرِقَتِهِ
Seseorang telah
berkata, ‘Sungguh aku akan bersedekah malam ini.’ Kemudian ia keluar untuk
bersedekah maka ia menyedekahkannya ke tangan seorang pezina. Pada keesokan
harinya, orang-orang membicarakan (bahwa) sedekah telah diberikan kepada
seorang pezina. Ia berkata, “Yaa Allah, segala puji bagiMu, sedekahku
(ternyata) jatuh pada seorang pezina, sungguh aku akan bersedekah".
Kemudian ia keluar untuk bersedekah maka ia menyedekahkannya kepada orang kaya.
Pada keesokan harinya, orang-orang membicarakan (bahwa) sedekah telah diberikan
kepada orang kaya. Ia berkata, “Yaa Allah, segala puji bagiMu, sedekahku
(ternyata) jatuh pada seorang kaya, sungguh aku akan bersedekah". Kemudian
ia keluar untuk bersedekah maka ia menyedekahkannya kepada pencuri. Pada
keesokan harinya, orang-orang membicarakan (bahwa) sedekah telah diberikan
kepada seorang pencuri. Ia berkata, “Yaa Allah, segala puji bagiMu, sedekahku
(ternyata) jatuh pada seorang pezina, orang kaya, dan seorang pencuri”. Maka ia
didatangi (*dalam mimpi) dan dikatakan padanya, adapun sedekahmu maka telah
diterima, adapun pezina mudah-mudahan dengan (sebab sedekahmu) ia mejaga
diri dari zina, dan mudah-mudahan orang kaya tersebut mengambil pelajaran
kemudian menginfakkan harta yang Allah berikan, dan mudah-mudahan dengan sebab
itu pencuri tersebut menjaga diri dari mencuri. (HR Muslim no 1022)
Keempat :
Niat yang baik
merubah pekerjaan yang asalnya hukumnya hanya mubah menjadi suatu qurbah (ibadah)
yang diberi ganjaran oleh Allah.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Sa'ad bin Abi Waqqoosh radhiallahu
'anhu
وَإنَّكَ لَنْ تُنفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغي
بِهَا وَجهَ اللهِ إلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ في فِيِّ امْرَأَتِكَ
"Sesungguhnya
tidaklah engkau menginfakkan satu infakpun yang dengan infak tersebut engkau
mengharapkan wajah Allah kecuali engkau akan diberi ganjaran atasnya,
sampai-sampai suapan yang kau suapkan ke mulut istrimu” (HR Al-Bukhari no 56
dan Muslim no 1628
Mu'aadz bin Jabal
radhiallahu 'anhu berkata,
أَمَّا أَنَا فَأَنَامُ وَأَقُومُ وَأَرْجُو فِي نَوْمَتِي مَا
أَرْجُو فِي قَوْمَتِي.
"Adapun aku,
maka aku tidur dan sholat malam, dan aku berharap pahala dari tidurku
sebagaimana pahala yang aku harapkan dari sholat malamku" (HR Al-Bukhari
no 6923 dan Muslim no 1733)
An-Nawawi berkata,
"Maknanya adalah aku tidur dengan niat untuk menguatkan diriku dan
berkonsentrasi untuk ibadah serta menyegarkan/menyemangatkan diri untuk
ketaatan, maka aku berharap pahala pada tidurku ini sebagaimana aku berharap
pahala pada sholat-sholatku" (Al-Minhaaj syarh Shahih Muslim 12/209)
Ibnu Hajr berkata,
وَمَعْنَاهُ: أَنَّهُ يَطْلُب الثَّوَاب فِي الرَّاحَة كَمَا
يَطْلُبهُ فِي التَّعَب, لِأَنَّ الرَّاحَة إِذَا قُصِدَ بِهَا الْإِعَانَة عَلَى
الْعِبَادَة حَصَّلَتْ الثَّوَاب
"Maknanya
adalah ia mencari ganjaran pahala dalam istirahat sebagaimana ia mencarinya
dalam kelelahan (ibadah), karena istirahat jika dimaksudkan untuk membantu
dalam beribadah maka akan mendatangkan pahala" (Fathul Baari 8/62)
Ibnu Qudaamah
berkata : Sebagian para salaf berkata, “Sungguh aku lebih senang jika pada
setiap yang aku lakukan terdapat sebuah niat, sampai-sampai pada makanku,
minumku, tidurku, dan ketika masuk ke dalam wc, serta pada semua yang bisa
diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah". Karena semua yang menjadi
sebab tegaknya badan dan luangnya hati adalah bagian dari kepentingan agama,
maka, siapa saja yang meniatkan makannya sebagai bentuk ketakwaan dalam
beribadah, menikah untuk menjaga agamanya, menyenangkan hati keluarganya, dan
agar bisa memiliki anak yang menyembah Allah setelah wafatnya maka ia akan
diberi pahala atas semua hal itu. Jangan kamu remehkan sedikitpun dari
gerakanmu dan kata-katamu, dan hisablah dirimu sebelum engkau dihisab, dan
luruskanlah sebelum engkau melakukan apa yang engkau lakukan, dan juga
perhatikanlah niatmu terhadap hal-hal yang engkau tinggalkan. (Mukhtashor
Minhaaj Al-Qooshidiin hal 363)
Contoh praktek Multi
Niat Pada Satu Amalan Sholeh
Ibnu Qudaamah
Al-Maqdisi rahimahullah berkata :
الطاعات، وهى مرتبطة بالنيات في أصل صحتها، وفى تضاعف فضلها، وأما
الأصل، فهو أن ينوى عبادة الله تعالى لا غير، فإن نوى الرياء صارت معصية . وأما
تضاعف الفضل، فبكثرة النيات الحسنة، فإن الطاعة الواحدة يمكن أن ينوى بها خيرات
كثيرة، فيكون له بكل نية ثواب، إذ كل واحدة منها حسنة، ثم تضاعف كل حسنة عشر
أمثالها
"Ketaatan-ketaatan
berkaitan dengan niat dari sisi sahnya ketaatan tersebut dan dari sisi berlipat
gandanya ganjaran/pahala ketaatan tersebut. Adapun dari sisi sahnya maka
hendaknya ia berniat untuk beribadah kepada Allah saja dan bukan kepada
selain-Nya, jika ia meniatkan riyaa maka ketaatan tersebut berubah menjadi
kemaksiatan.
Adapun dari sisi
berlipat gandanya pahala, yaitu dengan banyaknya niat-niat baik. Karena satu
ketaatan memungkinkan untuk diniatkan banyak kebaikan, maka baginya pahala
untuk masing-masing niat. Karena setiap niat merupakan kabaikan, kemudian
setiap kebaikan akan dilipat gandakan menjadi 10 kali lipat" (Mukhtashor
Minhaaj Al-Qosshidiin hal 362)
Diantara contoh
praktek menggandakan niat-niat kebaikan dalam satu amalan adalah :
Pertama :Duduk di mesjid
Ibnu Qudaamah
berkata :
“Sebagai contoh
duduk di masjid, maka sesungguhnya hal itu adalah salah satu amalan ketaatan,
dengan hal itu seseorang bisa meniatkan niat yang banyak seperti meniatkan
dengan masuknya menunggu waktu sholat, iktikaf, menahan anggota badan (dari
maksiat –pent), menolak hal-hal yang memalingkan dari Allah dengan
mempergunakan seluruh waktunya untuk di masjid, untuk dzikir kepada Allah dan
yang semisalnya. Inilah cara untuk memperbanyak niat maka qiyaskanlah dengan
hal ini amalan-amalan ketaatan lainnya karena tidak ada satu ketaatanpun
melainkan dapat diniatkan dengan niat yang banyak.” (Mukhtashor Minhaaj
Al-Qosshidiin hal 362 )
Kedua :Menuntut Ilmu
Imam Ahmad berkata :
الْعِلْمُ أَفْضَلُ الأَعْمَالِ لِمَنْ صَحَّتْ نِيَّتُهُ، قِيْلَ :
بِأَيِّ شَيْءٍ تَصِحُّ النِّيَّةُ قَالَ: يَنْوِي يَتَوَاضَعُ فِيْهِ وَيَنْفِي
عَنْهُ الْجَهْلَ
"Ilmu adalah
amalan yang termulia bagi orang yang niatnya benar".
Lalu dikatakan
kepada beliau, "Dengan perkara apa agar niat menjadi benar?", Imam
Ahmad berkata, "Ia niatkan untuk bersikap tawadhu pada ilmunya, dan untuk
menghilangkan kebodohan dari dirinya" (Al-Inshoof 2/116)
Imam Ahmad juga
berkata :
العِلْمُ لاَ يَعْدِلُهُ شَيْءٌ لِمَنْ صَحَّتْ نِيَّتُهُ ".
قَالُوا: كَيْفَ ذَلِكَ؟ قَالَ: "يَنْوِي رَفْعَ الْجَهْلَ عَنْ نَفْسِهِ
وَعَنْ غَيْرِهِ
"Tidak ada
sesuatupun yang setara dengan ilmu bagi orang yang benar niatnya", mereka
berkata, "Bagaimana caranya?". Imam Ahmad berkata, "Yiatu ia
berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan juga dari orang
lain" (Majmuu' Fataawaa wa Rosaail Syaikh Ibnu Al-'Utsaimiin 26/75)
Ilmu menjadi amalan
yang paling mulia tatkala dibarengi dengan banyak niat baik, sebagaimana
dikatakan oleh Imam Ahmad yaitu jika diniatkan untuk agar bisa tawaadhu' dan
juga untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan juga untuk berdakwah dalam
rangka untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain.
Syaikh Ibnu
Al-'Utsaimin menyebutkan beberapa niat yang hendaknya ditanam dalam hati
seorang penuntut ilmu tatkala ia menuntut ilmu, diantaranya ;
- Berniat untuk menjalankan perintah Allah
- Berniat untuk menjaga syari'at Islam, karena menuntut ilmu adalah sarana terbesar untuk menjaga kelestarian syari'at (hukum-hukum Islam)
- Berniat untuk membela agama, karena agama memiliki musuh-musuh yang ingin merusak agama ini, diantaranya dengan menyebarkan syubhat-syubhat
- Berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya
- Berniat untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain
Ketiga :Tatkala berangkat ke
mesjid
Bisa dengan
meniatkan perkara-perkara berikut :
- Memakmurkan masjid, Allah berfirman "Sesungguhnya orang-orang yg memakmurkan masjid-masjid itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir" (QS At-Taubah : 18)
- Senyum kepada saudara, karena hal itu adalah sedekah
- Menyebarkan salam
- Menghadiri shalat jama’ah
- Memperbanyak jumlah kaum muslimin
- Berdakwah dijalan Allah
- Merasa bangga karena Allah menyebut-nyebut namamu
- Menunggu sesaat turunnya ketenangan untuk mengkhusyu’kan hati
- Menghadiri majelis-majelis ilmu
- Menunggu turunnya rahmat
- Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah untuk mendapatkan kecintaan Allah
Keempat :Tatkala membaca atau
menghafal Al-Qur'an
- Dengan meniatkan perkara-perkara berikut :
- Berniat untuk mendapat kebaikan pada setiap huruf
- Mengingat negeri akhirat
- Mentadabburi ayat-ayat al-qur’an
- Agar mendapatkan syafa’at al-qur’an
- Mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca firman-firman-Nya
- Mengamalkan hal-hal yang terkandung di dalam al-qur’an
- Mengangkat derajat di surga dengan menghafalkan ayat-ayatNya
Kelima :Tatkala menjenguk
orang sakit
- Berniat untuk menunaikan salah satu hak seorang muslim, yaitu menjenguknya jika sakit
- Mengingat Hadits qudsi "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa jika kamu mengunjunginya maka kamu mendapati-Ku disisinya"
- Bersyukur kepada Allah atas penjagaan-Nya terhadap dirinya dari apa-apa yang menimpa saudaranya
- Meminta kepada orang yang sakit untuk dido’akan (karena kedekatannya terhadap Robbnya)
Keenam :Ketika puasa sunnah
- Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan yang paling dicintai-Nya
- Agar Allah menjauhkan wajahku dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan
- Memerangi hawa nafsu dan menundukkannya untuk melakukan ketaatan
- Membelenggu syahwat (meminta penjagaan)
- Mengikuti sunnah Rosul shallallhu ‘alaihi wasallam (puasa senin kamis, puasa tengah bulan tgl 13-14-15 )
- Memperoleh kemenangan berupa sesaat dikabulkannya do’a bagi orang yang berpuasa
- Ikut merasakan apa yang dirasakan orang-orang fakir dan miskin
- Agar Allah memasukkan kita ke surga melalui pintu Ar-Rayyan
- Barangsiapa yang membuat haus dirinya karena Allah (berpuasa) pada hari yang panas, maka Allah akan memberikan minum pada hari kiamat yang amat panas dan amat menimbulkan dahaga.
Ketujuh :Ketika bersedekah
dengan harta
Hendaknya meniatkan:
- Barangsiapa menghutangi Allah hutang yang baik maka Dia akan melipatgandakannya.
- Berlindung dari neraka walaupun dengan separuh kurma
- Membantu dan menyenangkan hati faqir miskin.
- Untuk mengobati saudara/kerabat yang saikit. Rasulullah bersada "Obatilah orang-orang sakit diantara kalian dengan sedekah"
- Kalian tidak akan mencapai derajat birr (kebajikan) sampai kalian berinfak dengan apa-apa yang kalian cintai
- Sedekah menghilangkan kemurkaan Allah
Kedelapan :Tatkala mau poligami
Sebagai bentuk cinta
kepada sunnah Nabi
- Untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan
- Untuk memperbanyak pasukan kaum muslimin
- Untuk menyenangkan hati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala di akhirat, karena Nabi membanggakan umatnya yang banyak di hadapan para nabi-nabi dan umat-umat yang lain. Beliau bersabda: تَزَوَّجوا الودود الولود؛ فإني مُكَاثِرٌ بكم الأمَم
"Menikahilah
wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan membanggakan banyaknya kalian
di hadapan umat-umat yang lain"
- Untuk menolong para wanita yang butuh perhatian para lelaki, terutama para janda
- Untuk memberi teladan kepada kaum muslimin jika pologaminya berhasil dan bahagia
Multi Niat Juga
Berlaku Pada Perkara-Perkara Mubah
Sebagaimana
penjelasan di atas bahwasanya perkara-perkara mubah jika dikerjakan dengan niat
yang baik maka bisa berubah menjadi bernilai ibadah. Oleh karenanya sungguh
kita telah merugi dan telah membuang banyak waktu dan tenaga dalam urusan dunia
jika kita tidak meniatkannya untuk akhirat..terlalu banyak pahala tidak kita
raih.
Ibnu Qudaamah
berkata:
"Tidak ada satu
perkara yang mubah kecuali mengandung satu atau beberapa niat yang dengan
niat-niat tersebut berubahlah perkara mubah menjadi qurbah (berpahala),
sehingga dengannya diraihlah derajat-derajat yang tinggi. Maka sungguh besar
kerugian orang yang lalai akan hal ini, dimana ia menyikapi perkara-perkara
yang mubah (*seperti makan, minum, dan tidur) sebagaimana sikap hewan-hewan
ternak.
Dan tidak selayaknya
seorang hamba menyepelekan setiap waktu dan betikan-betikan niat, karena
semuanya akan dipertanyakan pada hari kiamat, "Kenapa ia
melakukannya?", "Apakah yang ia niatkan?". Contoh perkara mubah
yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah parfum (minyak
wangi), ia memakai minyak wangi dengan niat untuk mengikuti sunnah Nabi, untuk
memuliakan masjid, untuk menghilangkan bau tidak enak yang mengganggu orang
yang bergaul dengannya" (Mukhtasor minhaaj Al-Qoosidhiin hal 362-363)
Sebagai contoh
menggandakan niat dalam perkara-perkara mubah:
Pertama :Tatkala makan dan
minum
- Untuk menguatkan tubuh agar bisa beribadah kepada Allah
- Merenungkan nikmat Allah, sebagai pengamalan firman Allah "Apakah manusia tidak melihat kepada makanannya?" (QS 'Abasa : 24)
- Mensyukuri nikmat Allah
- Berusaha menerapkan sunnah Nabi tatkala makan dan minum
Kedua : Tatkala
menggunakan internet
- Menyeru kepada jalan Allah
- Menghadiri majelis-majelis dzikir
- Menyebarkan islam
- Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada seorang mukmin yang lemah
- Menuntut ilmu
Ketiga :Tatkala memakai pakaian
- Mengingat Allah (dengan membaca do’a berpakaian)
- Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan
- Bersyukur atas nikmat Allah
- Menghidupkan sunnah nabi melalui cara berpakaian
Jika sobat merasa artikel SHOLAT DHUHA DAN KEUTAMAANNYA ini bermanfaat, silahkan Copas artikel ini, tetapi jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya seperti ini : Source:
http://tpa1024arrasyid.blogspot.com/2014/09/karena-niat-pahala-berlipat-ganda.html